bagaimana China menjadi lender of last resort global

bagaimana China menjadi lender of last resort global

Amerika Serikat serta keuangan moneter internasional dalam jangka waktu beberapa dekade telah menjadi lender of last resort dunia, turun tangan buat memberikan pinjaman darurat kepada negara-negara yang mengalami kesulitan keuangan. Tetapi sebuah studi baru yang dilakukan penerbitan pada hari Selasa menunjukkan bagaimana China telah dapat dilihat sebagai kekuatan global kelas berat baru.

China membuat jadi panjang 128 pinjaman talangan ke 22 negara dari 2008 hingga 2021, menurut para peneliti dari laboratorium penelitian AidData yang berbasis di AS, Bank Dunia, Sekolah Harvard Kennedy serta Institut Kiel buat Ekonomi global. Pinjaman tersebut diberikan setelah negara-negara berjuang buat membayar utang dari Belt and Road Initiative, sebuah proyek infrastruktur besar-besaran yang pernah disebut oleh pemimpin China Xi Jinping sebagai “Proyek abad Ini”.
[time-brightcove not-tgx=”true”]

Studi tersebut mendokumentasikan bagaimana China telah menyediakan $240 miliar, dengan pinjaman ke negara-negara yang mengalami tekanan utang meningkat dari kurang dari 5% dari portofolio pinjaman eksternal pada tahun 2010 menjadi 60% pada tahun 2022.

Di bawah ini, apa yang perlu dimengerti tentang peran Tiongkok yang semakin meningkat sebagai pemberi pinjaman global serta Inisiatif Sabuk serta Jalur Sutra.

Apa yang ditemukan oleh studi AidData?

Studi tersebut memberikan keterangan bahwasannya pinjaman China terutama ditargetkan pada negara-negara berpenghasilan menengah dikarenakan risiko yang ditimbulkannya terhadap bank-bank China. 80% pinjaman dari 2016 hingga 2021 diberikan ke negara-negara mirip Argentina, Mongolia, serta Pakistan. Argentina mendapatkan penerimaan pinjaman terbesar dengan $111,8 miliar, diikuti oleh Pakistan dengan $48,5 miliar, serta Mesir dengan $15,6 miliar.

Di sisi lain, negara-negara berpenghasilan rendah diberi masa tenggang serta perpanjangan batas waktu, dikarenakan China menegosiasikan restrukturisasi utang dengan negara-negara mirip Zambia, Ghana, serta Sri Lanka. Sebelumnya, China juga meminta Bank Dunia serta Dana Moneter Internasional Tawarkan keringanan utang-Menghadapi kritik dikarenakan menonaktifkan proses.

Beijing akhirnya melakukan percobaan melakukan penyelamatan bank-banknya. “Inilah kenapa dia masuk ke bisnis mempunyai resiko pinjaman penyelamatan internasional,” kata Carmen Reinhart, salah satu penulis studi tersebut. Studi tersebut memberikan keterangan China biasanya memberikan penawaran pinjaman talangan dengan tingkat bunga rata-rata 5%, lebih dari dua kali lipat tingkat yang biasanya ditawarkan oleh Dana Moneter Internasional.

sebentar pinjaman China, yang berjumlah $40,5 miliar pada tahun 2021, masih lebih kecil dari Dana Moneter Internasional, yang meminjamkan $68,6 miliar pada tahun yang sama, penulis studi tersebut memberikan keterangan kebangkitan China sebagai pemberi pinjaman menghadirkan tantangan serius bagi ekonomi global.

Rekan penulis studi tersebut, Christoph Trebisch, memberikan keterangan: penyataan.

“Beijing menciptakan sistem global baru buat pinjaman penyelamatan lintas batas, tetapi melakukannya dengan cara yang tak jernih serta tak terkoordinasi,” tambahnya. Brad Parks, CEO AidData.

Apa itu Inisiatif Sabuk serta Jalan?

Inisiatif Sabuk serta Jalan China yaitu proyek infrastruktur besar yang pertama kali diumumkan pada 2013 di bawah Xi. dalam jangka waktu lebih dari satu dekade, ia telah menggelontorkan miliaran dolar buat proyek-proyek di seluruh dunia yang mencakup sektor-sektor mirip pelabuhan, jalan raya, kereta api, infrastruktur energi serta komunikasi.

Baca selengkapnya: Jalur Sutera Baru di China yakni tantangan bagi Washington

Prakarsa ini dilihat sebagai bagian dari kebangkitan China sebagai kekuatan global, dengan 139 negara bergabung dalam prakarsa tersebut yang memberikan bantuan sumbangan 40% dari PDB global. Tetapi beberapa kritikus melihatnya sebagai “kuda Troya buat pembangunan regional serta ekspansi militer yang dipimpin China,” menurut sebuah pengarahan yang dilakukan penerbitan oleh dewan hubungan Luar Negeri.. Sejak awal, nilai proyek kumulatif China telah mencapai $932 miliar, termasuk $561 miliar dalam kontrak konstruksi serta $371 miliar dalam investasi, menurut laporan dilakukan penerbitan oleh Universitas Fudan di Shanghai.

Proyek ini menghadapi kekurangan dana, tuduhan pelanggaran hak serta hak asasi manusia, skandal korupsi, kerusakan lingkungan, serta tanggapan politik dari negara-negara Barat. Satu ledakan korupsi skandal Pada 2019, pejabat senior China memberikan penawaran buat membantu mantan Perdana Menteri Malaysia Najib Razak lolos dari skandal keuangan dengan upah kontrak buat proyek kereta api serta pipa. Skandal serupa telah terungkap di negara-negara mirip Uzbekistan, Kazakhstan, serta Turkmenistan, di mana utang ke Beijing lanjut bertambah.

bagaimana Cina menanggapi kritik?

Pada konferensi pers pada hari Selasa, Mao Ning, juru bicara kementerian luar negeri China, membantah tuduhan bahwasannya pinjaman internasional China menciptakan jebakan utang bagi negara-negara yang tertekan. China beroperasi sesuai dengan hukum pasar serta aturan internasional, menghormati keinginan negara terkait, tak pernah memberikan paksaan pihak mana pun buat meminjam uang, tak pernah memberikan paksaan negara mana pun buat membayar, tak akan memaksakan persyaratan politik apa pun pada perjanjian pinjaman, serta tak mencari kepentingan politik apa pun. minat.

Dia menanggapi kritik tersebut dengan memberikan keterangan bahwasannya investasi asing China beroperasi berdasarkan “prinsip keterbukaan serta transparansi”.

sumber : https://time.com/6266658/china-emerges-major-global-lender/