Diabetes tipe 2: Vitamin D mungkin sedikit memberi pengurangan risiko bagi penderita pradiabetes

Diabetes tipe 2: Vitamin D mungkin sedikit memberi pengurangan risiko bagi penderita pradiabetes

  • Para peneliti memberikan keterangan bahwasannya suplementasi vitamin D mungkin sedikit memberi pengurangan risiko diabetes tipe 2 bagi orang yang memperoleh derita pradiabetes.
  • Namun, pengurangan risiko lebih rendah dibandingkan dengan strategi pencegahan lainnya.
  • Para ahli memberi peringatan bahwasannya orang seharusnya berhati-hati tentang berapa banyak suplemen vitamin D yang mereka konsumsi.

Melengkapi dengan vitamin D mungkin sedikit memberi pengurangan risiko diabetes tipe 2 bagi orang dengan pradiabetes, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan hari ini di Sejarah Penyakit Dalam.

Para peneliti di Tufts Medical Center di Massachusetts menyelesaikan review serta meta-analisis dari tiga uji klinis membuat jadi tahu dampak vitamin D pada risiko pengembangan diabetes tipe 2.

Para peneliti mencari studi yang melibatkan orang dewasa yang mengonsumsi 4.000 IU suplemen vitamin D dengan tindak lanjut tiga tahun.

Mereka berakhir dengan 2.097 peserta yang mengonsumsi suplemen vitamin D serta 2.093 yang menerima plasebo.

dalam jangka waktu tanggal uji coba:

  • 475 orang, atau sekeliling 22%, dalam grup vitamin D memiliki diagnosis diabetes baru
  • 524 orang, atau sekeliling 25%, pada grup plasebo baru didiagnosis memperoleh derita diabetes

Para peneliti mengekstrapolasi angka menjadikan 15% pengurangan risiko diabetes tipe 2 untuk peserta yang mengonsumsi suplemen vitamin D.

Para peneliti mengindikasikan bahwasannya suplemen vitamin D bisa menjadikan cara yang murah untuk menunda diabetes tipe 2 pada lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia dengan pradiabetes.

Ekstrapolasi temuan mereka untuk memperhitungkan yang diharapkan 374 juta orang dewasa di seluruh dunia yang memperoleh derita pradiabetes, para peneliti telah mengindikasikan bahwasannya suplemen vitamin D bisa menjadikan cara murah untuk menunda diabetes tipe 2 pada lebih dari 10 juta orang.

Para peneliti mencatat bahwasannya pengurangan 15% lebih rendah daripada strategi pencegahan tipe 2 lainnya:

  • Perubahan gaya hidup yang intensif dapat memberi pengurangan risiko 58%
  • Metformin dapat memberi pengurangan risiko 31%

Secara khalayak umum, suplemen dapat ditoleransi dengan baik.

Reaksi yang merugikan termasuk batu ginjal serta kadar kalsium yang tinggi dalam urin atau darah, tetapi kejadian seluruhnya jarang terjadi serta tak ada perbedaan yang signifikan antara grup peserta.

Para peneliti tak memeriksa keamanan disebabkan parameter penelitian mengecualikan beberapa orang yang mungkin berisiko mengalami hambatan ginjal.

dispensasi termasuk anak-anak, wanita hamil atau menyusui, pasien rawat inap, pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir, serta HIV.

“Perhimpunan profesional yang menasihati dokter tentang manfaat serta ancaman terapi vitamin D memiliki kewajiban untuk berhati-hati supaya mereka memahami saran dari lembaga pemerintah,” kata Dr Malachi McKenna dari Rumah Sakit Universitas St. Vincent di Irlandia serta Mary AT Flynn, MD. ., dari Brown University di Rhode Island dalam tajuk rencana pendamping.

“Mereka seharusnya mempromosikan rekomendasi kesehatan masyarakat mengenai persyaratan asupan vitamin D, ambang batas, serta batas dapat dikontrol,” catat para editor. “ada perbedaan penting antara suplemen serta terapi. Suplementasi vitamin D 10 sampai 20 mcg (400 sampai 800 IU) setiap hari dapat diberikan secara dapat dikontrol pada tingkat populasi untuk melakukan pencegahan penyakit tulang serta kemungkinan penyakit non tulang. Terapi vitamin D takaran sangat tinggi dapat melakukan pencegahan diabetes tipe 2 pada beberapa pasien, tetapi juga dapat memberi bahaya.

Studi tersebut melibatkan orang-orang yang berisiko tinggi terkena diabetes tipe 2, sehingga hasilnya tak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi.

Setelah uji coba berakhir, sekeliling 30% kadar glukosa peserta kembali ke kadar prates.

“Ini ialah penelitian yang menarik, serta hasilnya seharusnya memberi dorongan penelitian lebih lanjut dalam bentuk uji coba acak besar,” kata Dr. Rose Lynn, ahli endokrinologi di Providence St. John’s Health Center di California.

“Tingkat vitamin D yang terkait dengan sedikit pengurangan diabetes jauh lebih tinggi daripada asupan dapat dikontrol yang direkomendasikan secara khalayak umum, jadi rekomendasi untuk populasi khalayak umum untuk meningkatkan kadar vitamin D sejauh itu tak direkomendasikan saat ini,” kata dia kepada Healthline.

Vitamin D ialah nutrisi yang dipergunakan tubuh kita dalam banyak hal, menurut Institut Kesehatan Nasional:

  • Ini memberikan bantuan tubuh menyerap kalsium untuk menjaga kesehatan tulang serta otot
  • Ini memberikan dukungan saraf yang membawa pesan ke otak
  • Ini memberikan dukungan sistem kekebalan tubuh dalam melawan bakteri serta virus

Jumlah vitamin D harian yang direkomendasikan berubah seiring bertambahnya usia.

  • Bayi hingga 12 bulan seharusnya memperoleh 400 IU per hari
  • Orang dewasa berusia 71 tahun ke atas seharusnya memperoleh 800 IU per hari
  • Rekomendasi untuk orang lain ialah 600 IU per hari

“Salah satu cara terbaik untuk memperoleh takaran vitamin D yang baik ialah bersumber dari gabungan sinar mentari serta suplementasi,” kata Dr. Mahmut Kara, pendiri Kara MD, kepada Healthline. “Sinar mentari memberikan penawaran sumber vitamin D alami yang baik, sedangkan suplemen dapat memberikan bantuan menambah sumber ini, terutama bagi mereka yang mungkin tinggal di daerah yang kurang cerah.”

Kara memberikan saran untuk melakukan pengajuan pertanyaan berikut saat mencari suplemen:

  • Apakah barang dengan jelas menampilkan panel fakta suplemen dengan bahan, takaran, serta jumlah bahan? atau apakah informasi ini hilang?
  • Apakah klaim barang dirinci atau didukung oleh penelitian? atau apakah mereka tak jelas?
  • Apakah perusahaan memasukkan umpan balik pelanggan, baik positif maupun negatif? atau apakah mereka hanya menampilkan ulasan bintang 5?
  • seperti apa kebijakan pengembaliannya? Apakah perusahaan memberikan dukungan produknya?

Hanya sedikit makanan yang secara alami mengandung vitamin D. Ini termasuk ikan berlemak, jamur, hati sapi, serta telur.

“Suplemen efektif dalam meningkatkan kadar vitamin D serta mungkin sama efektifnya dibandingkan dengan sumber makanan vitamin D,” kata Lin. “Studi memperlihatkan bahwasannya bahkan di negara-negara di mana orang mendapat banyak paparan sinar mentari, masih ada prevalensi tinggi orang dengan kadar vitamin D rendah.”

sumber : https://www.healthline.com/health-news/type-2-diabetes-vitamin-d-may-slightly-lower-risk-for-people-with-prediabetes