Dunia telah melupakan konflik di Sudan Selatan. masukkan Paus Fransiskus
terdapat banyak optimisme di jalan-jalan Gouda pada saat Sudan Selatan menjadi negara teranyar di dunia pada tahun 2011. Namun euforia itu berumur pendek, disebabkan negara Afrika itu mengalami perang saudara dan kelaparan. Sekarang, Paus Francis sedang melakukan percobaan buat memicu minat global di Sudan Selatan saat dia memulai perjalanan tiga hari Jumat ke negara itu sebagai bagian dari “ziarah perdamaian”.
Perjalanan Paus, bergabung dengan Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, dan Direktur Majelis umum Gereja Skotlandia, Ian Greenshield, mempunyai pusat pada peningkatan kesadaran tentang konflik yang telah menewaskan lebih dari 400.000 orang.
[time-brightcove not-tgx=”true”]
Sudan Selatan yang mayoritas Kristen memisahkan diri dari Sudan yang mayoritas Muslim pada tahun 2011, hanya buat jatuh ke dalam perang saudara dua tahun kemudian. Konflik di Sudan Selatan dimulai dengan perselisihan politik internal antara Presiden Salva Kiir dan kemudian Wakil Presiden Riek Machar, yang telah mempunyai peningkatan menjadi pertempuran etnis yang lebih luas antara bekas komunitas Dinka dan golongan etnis Nuer.
Ini bukan pertama kalinya Paus Fransiskus berupaya mendesakkan perdamaian. Pada 2019, saat berjumpa di Vatikan, Fransiskus berlutut dan mencium kaki Kiir dan Machar. Paus telah merencanakan buat mengunjungi Sudan Selatan selama bertahun-tahun, tetapi ditunda disebabkan kendala keamanan.
Di bawah ini, apa yang perlu untuk dimengerti tentang perjalanan paus ke Sudan Selatan, dan perjalanan tiga harinya ke Republik Demokratik Kongo sebelumnya.
kenapa Paus berada di Sudan selatan?
Setelah kunjungan yang sukses ke Republik Demokratik Kongo, Paus tiba di Gouda, Sudan Selatan, buat merayakannya. Bangsa yang baru berusia 12 tahun itu belum mendapatkan penerimaan pemimpin Barat dalam kunjungan publik.
Puluhan ribu orang menyambut Tiga Orang Bijak—sebagaimana beberapa orang menyebut Francis, Welby, dan Greenshield—dengan nyanyian dan ululasi buat menandai peluang itu.
sekeliling 6 juta dari 11 juta penduduk Sudan Selatan beragama Katolik. Di zaman kolonial, misionaris Kristen di Sudan dipisahkan oleh Sungai Nil, dengan umat Katolik dan Anglikan dipaksa buat menyebarkan agama di sisi yang berlawanan, menurut The New York Times.
Francis berjumpa berulang kali dengan Kiir, mantan pemberontak yang telah memimpin negara itu sejak kemerdekaannya pada 2011, dan wakilnya menjadi musuh Machar.
Namun bentrokan berdarah antara peternak dan milisi sehari sebelum kedatangan Paus Fransiskus menjadi pengingat akan konflik yang sedang berlangsung. 27 orang dilaporkan tewas, termasuk lima anak. menulis di twitterWelby menggambarkan pembunuhan itu sebagai “cerita yang sering terdengar di seluruh Sudan Selatan”.
Negara ini juga menghadapi sejumlah kendala lain. Saat ini terdapat lebih dari 2,2 juta pengungsi internal di Sudan Selatan dan 2,3 juta orang telah meninggalkan negara itu, menurut statistik PBB. Tahun lalu, Transparency International mendapatkan bahwasannya negara itu juga yang paling korup di dunia.
Negara ini menghadapi sejumlah omongan investigasi yang menunjukkan bagaimana miliaran dolar pendapatan minyak telah hilang dan para orang yang berpangkat tidak dapat menentukan kekayaannya, menurut The New York Times.
Meskipun kunjungan Paus tidak akan memperbaiki kendala yang merajalela ini, hal itu telah memberi dorongan percakapan global dengan membawa kedua negara ini kembali menjadi sorotan.
kenapa Paus mengunjungi Republik Demokratik Kongo?
Republik Demokratik Kongo, mirip Sudan Selatan, juga bergulat dengan konflik. Lebih dari 120 golongan pemberontak telah memerangi pemerintah selama tiga dekade.
Gereja Katolik telah menjadi penyeimbang negara di DRC. Pada tahun 2019, ulama yang memantau pemilihan tahun itu menyampaikan bahwasannya hasil yang memberikan sebab Presiden petahana Felix Tshisekedi menjabat telah dicurangi.
Negara itu telah memberikan pengumuman hari libur umum buat mengantisipasi kunjungan kepausan yang langka – yang pertama dalam nyaris empat dekade. Kerumunan besar berkumpul di ibu kota, Kinshasa, buat menyaksikan Paus Fransiskus menyampaikan misa di luar ruangan. sekeliling setengah dari penduduk negara menganut Katolik, menjadikannya komunitas Katolik terbesar di Afrika.
Dalam pidatonya, Francis mengutuk sejarah kolonialisme Eropa dan eksploitasi sumber daya Afrika. Logam memainkan peran utama dalam pertarungan yang terjadi hari ini.
Utusan Vatikan buat Republik Demokratik Kongo menyampaikan kunjungan paus mempunyai tujuan buat mengingatkan dunia agar tidak mengabaikan konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun. Dia disambut dengan tepuk tangan pada saat dia berkata: “Lepaskan Republik Demokratik Kongo! Lepaskan Afrika! Berhentilah mencekik Afrika, itu bukan ranjau yang diharuskan dilucuti ataupun tanah yang akan dijarah.”
Al Jazeera melaporkan bahwasannya negara itu juga dipenuhi dengan lebih dari 100 golongan bersenjata yang berjuang buat menguasai tempat ataupun menggunakannya sebagai pangkalan buat menyerang negara tetangga mirip Angola, Rwanda, dan Uganda.
sumber : https://time.com/6252867/pope-francis-south-sudan-africa-visit/