Pajak iklim baru yang dapat terjadi lebih dekat dari yang anda kira

Pajak iklim baru yang dapat terjadi lebih dekat dari yang anda kira

Pekan lalu, sekelompok anggota parlemen Demokrat yang dikenal karena dukungan mereka terhadap kebijakan iklim melakukan perkumpulan di luar Capitol AS untuk menuntut pajak baru atas keuntungan besar perusahaan minyak serta gas sejak invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu. ExxonMobil, Shell, serta Chevron sendiri menghasilkan laba lebih dari $130 miliar pada tahun 2022 berkat harga tinggi, yang menurut anggota parlemen Amerika Serikat diwajibkan mengenakan pajak serta mendistribusikannya kembali kepada konsumen.

“Sejujurnya kami tahu berapa banyak uang yang mereka hasilkan dengan memanipulasi konsumen,” kata Sheldon Whitehouse, seorang senator Demokrat dari Rhode Island dengan sejarah melobi untuk tindakan memerangi perubahan iklim. “Kami sedang bekerja untuk melakukan percobaan memulihkannya.”
[time-brightcove not-tgx=”true”]

Pajak selalu memainkan peran utama dalam kebijakan iklim. selama beberapa dekade, pendukung iklim telah memberi dorongan pajak karbon untuk memberi sanksi emisi. ketika itu gagal memperoleh daya tarik, mereka beralih persneling untuk mengadvokasi insentif pajak untuk merangsang energi bersih. Kedua kebijakan perpajakan ini mendominasi perdebatan tentang perpajakan serta perubahan iklim. Sekarang kelas politik baru telah memasuki lapangan. Politisi Washington membayar pajak tak terduga. Para pemimpin di Eropa telah menyerukan pajak pada industri beremisi tinggi mirip penerbangan serta perkapalan. Bahkan pajak yang paling biasa—pikirkanlah pajak pendapatan pribadi serta pajak pendapatan perusahaan—sekarang dikaitkan dengan perubahan iklim dalam diskusi kebijakan dengan cara baru serta dapat terjadi membuat terkejut.

untuk saat ini, setidaknya gagasan pajak rejeki telah wafat dalam perjalanannya ke Kongres, di mana Partai Republik mengendalikan majelis Perwakilan Rakyat. Tapi di tempat lain, termasuk beberapa negara yang dipimpin konservatif, kebijakan tersebut menjadikan kemajuan. Yang mempunyai arti pada akhirnya bisa menjadi salah satu dari banyak alat pajak baru untuk mendanai transisi energi hijau di Amerika Serikat juga, karena negara-negara melakukan perlombaan untuk bersaing memperoleh teknologi masa depan. “Berlawanan dengan apa yang dapat terjadi dipikirkan orang, pajak memiliki masa depan yang baik,” kata Lucas Chancel, seorang ekonom di Laboratorium Ketimpangan global Sekolah Ekonomi Paris yang mempelajari kebijakan serta ketidaksetaraan lingkungan. “Mereka ialah alat serta solusi krusial untuk krisis iklim.”

untuk mengerti Kaitan antara kebijakan iklim serta perpajakan dimulai dengan pajak karbon. Pajak karbon, yang telah lama dianggap sebagai alat kebijakan iklim yang disukai oleh para ekonom, mengharuskan pencemar membayar karbon yang mereka keluarkan, memberi dorongan perusahaan besar untuk melakukan dekarbonisasi sambil mengumpulkan uang yang dapat dipergunakan untuk apa saja mulai dari membangun proyek energi bersih hingga membantu karyawan beradaptasi dengan perubahan iklim .pergeseran. .

Namun, terlepas dari upaya bertahun-tahun serta beberapa negara penggerak pertama yang menjanjikan, pajak karbon gagal diterima secara luas. Di sisi lain, memberlakukan insentif positif untuk energi terbarukan lebih mudah. AS telah mengeluarkan kredit pajak parsial yang dapat diupdate sesekali sejak tahun 1990-an, jadi masuk daya pikir apabila kredit pajak akan memainkan peran sentral dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA), hukum iklim mempunyai sejarah pemerintahan Biden. IRA berisi lebih dari $200 miliar dalam keringanan pajak, memberi insentif mulai dari tenaga nuklir hingga mobil listrik. itu analisis Dari proyek REPEAT Universitas Princeton, terlihat bahwasannya pada tahun 2025, penambahan kapasitas angin tahunan dapat berlipat ganda sementara penambahan kapasitas surya dapat berlipat ganda. Namun, untuk seluruh kekuatan iklim IRA, itu tak memenuhi banyak tujuan inti pajak karbon, yaitu memberi sanksi emisi serta meningkatkan pendapatan dari pelaku iklim yang buruk.

hampir mirip jarum jam, karena prospek pajak karbon global berkurang, biaya lain memasuki diskusi kebijakan. Di AS, Demokrat menyerukan pajak dividen windfall pada industri minyak serta gas, memberikan keterangan perusahaan mempergunakan harga energi yang lebih tinggi untuk memperkaya pemegang saham. Proposal saat ini difokuskan pada redistribusi keuntungan kepada pembayar pajak, tetapi versi lain dapat mengecualikan keuntungan yang diinvestasikan kembali dalam energi bersih, yang memberi dorongan perubahan perilaku.

sementara proposal pajak yang tak terduga tak memiliki peluang di Kongres AS saat ini dengan Partai Republik mengendalikan majelis Perwakilan Rakyat, di seberang Atlantik, gagasan memberikan peningkatan lebih cepat. Pemerintah Konservatif Inggris memberlakukan pajak tak terduga pada perusahaan energi tahun lalu serta diperkirakan akan menghasilkan sekeliling $80 miliar dari pajak tersebut. Frans Timmermans, wakil presiden eksekutif Komisi Eropa, tubuh eksekutif Uni Eropa, memberikan saran pada COP27, konferensi iklim PBB tahun lalu, bahwasannya pajak atas bahan bakar fosil dapat digabungkan dengan pajak atas penerbangan serta pelayaran untuk meningkatkan pendapatan. “Kita diwajibkan bekerja sama dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mencari solusi bagi sumber pendanaan inovatif, termasuk pajak penerbangan, perkapalan, serta bahan bakar fosil,” kata dia kepada rekan-rekannya di konferensi tersebut.

menerapkan pajak semacam itu dalam skala global dapat terjadi tampak dibuat-buat. Tetapi proposal untuk mengenakan pajak pada perusahaan minyak memiliki perbedaan mendasar dari pajak karbon yang gagal: proposal tersebut mudah ditafsirkan serta populer secara politis. Jajak pendapat Hart Researcher untuk Liga Pemilih Lingkungan memperoleh bahwasannya 87% orang Amerika memberikan dukungan “penindasan” perusahaan minyak. Bahkan jajak pendapat yang dilakukan oleh pihak netral menunjukkan bahwasannya orang Amerika umumnya memiliki pandangan yang tak baik terhadap perusahaan minyak serta gas.

Bukan hanya politik yang menunjukkan umur panjang dari percakapan baru ini di persimpangan iklim serta perpajakan. Cepat atau lambat Pemerintah dapat terjadi perlu menghasilkan lebih banyak pendapatan untuk mendanai upaya transisi energi. tubuh Energi Internasional memberikan saran bahwasannya transisi energi akan membutuhkan $4 triliun dalam investasi tahunan dalam energi bersih pada tahun 2030. Banyak dari itu akan datang dari sektor swasta, tetapi analis memberikan keterangan pendanaan pemerintah akan memainkan peran krusial dalam membuka jalan bagi sektor swasta. . bagian.

untuk mengumpulkan uang ini, beberapa pakar iklim memberikan saran untuk hanya mengandalkan dua pajak paling populer: pajak penghasilan pribadi serta pajak penghasilan perusahaan. Padahal, Undang-Undang Pengurangan Inflasi mewajibkan perusahaan besar membayar pajak perusahaan minimal 15%, yang merupakan ketentuan terpenting untuk meningkatkan pendapatan. Pada tanggal 31 Januari, global Inequality Lab, kelompok penelitian ekonom terkenal Thomas Piketty, merilis sebuah laporan yang menyatakan bahwasannya langkah-langkah tersebut diperlukan untuk mendanai upaya iklim, terutama untuk membantu negara memberikan peningkatan mengatasi perubahan iklim.

Salah satu tempat yang cerah untuk mengadakan diskusi tersebut ialah di tengah perdebatan global yang sedang berlangsung tentang a Pajak perusahaan minimal. laporan itu memberikan keterangan pembicaraan ini dapat melihat bagaimana pajak dapat dipergunakan untuk mendanai kebutuhan iklim negara-negara memberikan peningkatan. “saling terima itu ialah tarif pajak multinasional sekeliling 15%,” kata Chancel. “bagaimana dengan memberikan tambahan beberapa poin persentase ke tarif pajak itu, serta mengalokasikannya untuk pendanaan iklim serta adaptasi di global South?”

laporan tersebut juga berpendapat bahwasannya negara-negara memberikan peningkatan diwajibkan mengeksplorasi pajak penghasilan atas penduduk negara mereka yang lebih kaya untuk mendanai upaya iklim mereka sendiri. Sama mirip perdebatan lainnya tentang pajak terkait iklim di masa depan, proposisi ini mudah diabaikan. Tantangan yang cerah telah menghalangi negara-negara memberikan peningkatan untuk menerapkan kebijakan tersebut di masa lalu, termasuk kesulitan dalam pengumpulan serta penegakan data, serta korupsi, antara lain. Tapi Chancel menjawab pertanyaan-pertanyaan ini tanpa ragu-ragu. “Pada awal abad ke-20, kami tak memiliki pajak penghasilan progresif di Amerika Serikat atau di Prancis atau negara-negara Barat, serta penentang pajak penghasilan progresif memberikan keterangan hal yang persis sama,” kata dia.

kenyataannya, mudah untuk mengabaikan percakapan yang muncul tentang hubungan antara iklim serta perpajakan dengan niat yang terlalu kuat. Tetapi politik dapat berubah dengan cepat, serta pembicaraan yang berlangsung sekarang dapat meletakkan dasar bagi sistem pajak sadar iklim yang baru.

sumber : https://time.com/6252955/climate-change-windfall-tax/