Pengobatan COVID-19 sekali pakai menunjukkan harapan

Pengobatan COVID-19 sekali pakai menunjukkan harapan

Kotak obat saat ini untuk mengobati COVID-19 agak jarang. Hanya satu obat — remdesivir — yang sudah disetujui oleh raga Pengawas Obat serta Makanan AS (FDA), serta tiga — Paxlovid, molnupiravir, serta plasma — memiliki izin penggunaan darurat dari FDA. disebabkan varian baru virus terus bermunculan, mengembangkan perawatan generasi berikutnya ialah prioritas utama.

Salah satu obat tersebut bisa jadi interferon lambda. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan penerbitan 8 Februari di Jurnal Kedokteran New EnglandPara peneliti yang dipimpin oleh Dr. Jeffrey Glenn di Universitas Stanford memberikan informasi bahwasannya suntikan tunggal obat ini dalam waktu tiga hari sejak gejala pertama memberikan pengurangan rawat inap untuk COVID-19 sebesar 51%, serta kematian sebesar 50% di antara orang yang divaksinasi. Manfaatnya paling besar di antara orang yang tidak divaksinasi, dengan rawat inap berkurang 80% atau lebih, menjadikannya setara dengan Paxlovid.
[time-brightcove not-tgx=”true”]

“Ini data yang sangat menarik,” kata Glenn, penulis senior studi tersebut.

bagaimanakah itu bekerja

Interferon lambda ialah antivirus yang bekerja pada beberapa strata selama infeksi virus: dengan membunuh virus yang menyerang serta mengingatkan sel yang tidak terinfeksi untuk meningkatkan pertahanan mereka terhadap infeksi. Oleh disebabkan itu, senyawa tersebut aktif memberi perlawanan sejumlah virus yang berbeda. Ini sudah dipelajari secara ekstensif di Eiger BioPharmaceuticals — yang melakukan pengujian serta memproduksi obat tersebut, serta di mana Glenn mendirikan serta mempertahankan stok saham — memberi perlawanan virus hepatitis D, yang memberikan sebab penyakit hati. (Studi yang melibatkan obat virus ini sedang berlangsung.)

Studi saat ini melibatkan nyaris 2.000 orang di Brasil serta Kanada serta dilakukan dari Juni 2021 hingga Februari 2022, saat beberapa varian berbeda beredar, termasuk Delta serta versi pertama Omicron. sekeliling setengah dari peserta diberi obat, serta setengahnya diberi plasebo. disebabkan perawatan hanya memerlukan satu suntikan oleh dokter, kepatuhannya 100%, serta peneliti mencatat efek samping yang minimal. Sebaliknya, pengobatan oral Paxlovid mengharuskan orang untuk meminum lusinan pil selama lima hari, serta mungkin memiliki interaksi yang merugikan dengan beberapa obat yang biasa diresepkan, termasuk beberapa statin penurun kolesterol.

Para peneliti memperoleh bahwasannya interferon interferon sama-sama memberikan peningkatan terhadap semuanya varian yang diuji, fitur farmakologis yang menjanjikan terhadap virus yang terus berkembang. Efek antivirus luas Interferon lambda juga mempunyai arti itu bisa menjadikan pengobatan yang bermanfaat memberi perlawanan sejumlah virus berbeda selain SARS-CoV-2 serta hepatitis D, termasuk influenza, kata Glenn. Dia berharap studi di masa yang akan datang akan melakukan pengujian kemungkinan ini dengan uji coba di mana orang dengan gejala seperti demam, batuk, serta nyeri otot secara acak ditugaskan untuk memperoleh penerimaan interferon-lambda atau plasebo bahkan sebelum mereka diuji untuk infeksi virusnya. Jadi para pakar ilmu dapat mempelajari lebih lanjut tentang seberapa efektif obat itu sebagai pengobatan antivirus spektrum luas. “Sekarang, kalau kamu pergi ke dokter serta tes menunjukkan kamu terkena virus, biasanya kamu disuruh pulang,” kata Glenn. “Tapi bayangkan kamu memperoleh suntikan lambda. tidak dilema apa yang kamu miliki, apakah itu COVID-19 atau RSV atau influenza, semuanya virus ini wajib peka terhadap lambda.” Setidaknya, ini ialah harapan yang perlu studi lebih lanjut.

Para peneliti percaya bahwasannya interferon-lambda juga dapat memperlambat atau melakukan pencegahan virus bermutasi menjadikan kebal terhadap pengobatan antivirus lain, seperti paxlovid serta molinopiravir. Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwasannya SARS-CoV-2 sudah mulai mengembangkan resistansi terhadap obat molnopiravir, yang biasa untuk obat antivirus. Studi laboratorium sudah mengidentifikasi beberapa jalur di mana virus bermutasi untuk menghindari baxlovid. (Obat anti-HIV, misalnya, umumnya mengembangkan resistensi terhadap virus ini.) Mengobati orang dengan perpaduan antivirus yang mencakup interferon-lambda secara teoritis dapat memberikan tekanan pelarian virus, kata Glenn—pernyataan menarik lainnya yang perlu diuji. “kalau kita membuat jadi tahu resistensi luas terhadap baxlovid, kita akan menghadapi dilema besar,” adiknya. Namun salah satu cara untuk memberikan pengurangan kemungkinan terjadinya hal tersebut ialah dengan mengkombinasikannya dengan antivirus seperti lambda. Kedua obat memiliki tingkat respons yang tinggi, serta kalau kamu menggabungkannya, kamu memperoleh tingkat respons yang lebih tinggi serta resistensi yang lebih sedikit.

Reseptor interferon-lambda

Jangan berharap interferon lambda disediakan di Amerika Serikat dalam waktu dekat, kata Dr. David Aplian, CEO interim Eiger BioPharmaceuticals. Setelah perusahaan pertama kali menganalisis data, mereka meminta FDA untuk otorisasi penggunaan darurat pada musim semi lalu. Tetapi setelah diskusi berbulan-bulan, FDA menolak permintaan tersebut pada bulan September disebabkan penelitian tersebut belum dilakukan di Amerika Serikat, serta memerlukan penelitian semacam itu untuk memenuhi syarat obat tersebut untuk dipertimbangkan di bawah otorisasi penggunaan darurat.

Apelian menjelaskan itu akan memakan waktu serta mahal bagi perusahaan dalam waktu dekat. “berbagai pilihan apa pun yang akan memenuhi permintaan FDA kemungkinan akan menjadikan proses yang mahal selama bertahun-tahun,” adiknya. “Mengingat berkurangnya rasa urgensi pemerintah federal terkait COVID-19, jalur EUA tampaknya lebih kecil kemungkinannya hari ini dibandingkan enam bulan lalu.”

Sebaliknya, perusahaan mencari persetujuan yang lebih cepat di luar AS, di mana dikatakan sudah memiliki 100.000 dosis yang siap untuk didistribusikan serta kemampuan untuk memproduksi 10 juta berulang kali dengan cepat. “Tiongkok serta Australia tampaknya memiliki tingkat kepedulian paling tinggi terhadap situasi epidemi saat ini, jadi mereka yang paling menonjol,” kata Aplian.

sumber : https://time.com/6254030/single-shot-covid-19-treatment/